INFO LOWONGAN KERJA TERBARU KLIK DISINI

Rupiah Anjlok, Emak-Emak Sudah Tidak Percaya Jokowi


[PORTAL-ISLAM.ID]  Menurunnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) sanggup mempengaruhi tingkat elektabilitas pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin dalam ajang Pilpres 2019.

Ketua DPP Partai Gerindra, Heri Gunawan yakin bahwa nilai tukar rupiah akan sangat mempengaruhi tingkat keterpilihan pasangan Jokowi-Ma'ruf.

Terutama kalangan emak-emak alias ibu rumah tangga yang tak akan mau menentukan Jokowi sebagai calon petahana lagi lantaran merasa ketika ini hidup semakin susah.

"Iya dong niscaya besar lengan berkuasa pada tingkat elektabilitas Jokowi di kalangan emak-emak," katanya ketika berbincang dengan Kantor Berita Politik RMOL, Kamis (30/8).

Saat ini nilai tukar rupiah terhadap USD sudah menyentuh angka Rp14.728, sementara pada penutupan perdagangan saham, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menyentuh angka 6.018,96, melemah 46,18 poin atau 0,76 persen.

Heri yang juga Anggota Komisi XI dewan perwakilan rakyat RI ini menegaskan IHSG dan nilai tukar rupiah merupakan dua hal yang saling berpengaruh. IHSG hanya sanggup stabil jikalau nilai tukar rupiah berhasil dijaga.

Menurutnya pelemahan nilai tukar rupiah dan IHSG lantaran pengelolaan internal yang keliru bukan disebabkan faktor eksternal sebagaimana diungkap pemerintah selama ini.

Pengelolaan itu dikenal dengan istilah account defisit (APBN), defisit keseimbangan primer (primary balance defisit), dan defisit pembayaran (service payment defisit).

Terlebih pada kenyataannya, current account deficit (CAD) Indonesia di kuartal II 2018 melebar menjadi tiga persen terhadap produk domestik bruto (PDB). Belum lagi cadangan devisa turun ke angka 118,3 miliar dolar AS pada simpulan Juli 2018.

Menurut Heri jikalau ketiga pengelolaan tersebut sanggup dikelola dengan baik, maka Indonesia tak perlu kuatir hiperbola terhadap gejolak global.

"Terbukti, dengan dirilisnya defisit transaksi berjalan pada triwulan II 2018 yang melebar sampai 3 persen dari PDB serta Neraca Pembayaran Indonesia yang defisit 43 miliar dolar AS memicu sentimen negatif di pasar. Ini terang mempengaruhi respon global terhadap pasar dan nilai tukar kita. Menyusul lalu IHSG," ujarnya. [RMOL]


INFO LOWONGAN KERJA TERBARU KLIK DISINI

Iklan Atas Artikel


Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2


Iklan Bawah Artikel